Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang memenuhi syarat. Dalam pelaksanaan puasa Ramadhan, niat merupakan hal yang sangat penting, karena niat adalah salah satu syarat sahnya puasa. Meskipun esensi niat puasa sama, yaitu menyatakan dengan sengaja dan ikhlas untuk beribadah kepada Allah, cara dan waktu niatnya dapat berbeda-beda tergantung pada mazhab yang dianut. Berikut ini adalah tata cara niat puasa Ramadhan menurut empat madzhab besar dalam Islam, yaitu Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.
1. Niat Puasa Menurut Madzhab Hanafi
Dalam madzhab Hanafi, niat puasa harus dilakukan setiap malam sebelum fajar (terbitnya matahari). Hal ini berlaku untuk seluruh bulan Ramadhan, sehingga umat Muslim dianjurkan untuk berniat setiap malam. Niat tersebut bisa dilakukan dengan hati atau dengan lisan, karena menurut pandangan madzhab Hanafi, niat tidak wajib diucapkan secara verbal, tetapi cukup dengan bertekad di dalam hati.
Namun, niat puasa Ramadhan menurut madzhab Hanafi lebih disarankan untuk dilakukan sebelum fajar pada malam hari. Niat yang dimaksud adalah niat khusus untuk puasa di hari tersebut, bukan niat untuk puasa seluruh bulan Ramadhan secara keseluruhan. Dengan demikian, pada setiap malam Ramadhan, seseorang harus berniat untuk puasa di hari berikutnya.
Contoh niat yang bisa diucapkan dalam hati adalah:
“أصوم غداً من شهر رمضان فرضا لله تعالى”
(Ashumu ghadan min shahri Ramadhan fardhan lillahi ta’ala)
“Besok saya berpuasa di bulan Ramadhan sebagai kewajiban karena Allah Ta’ala.”
2. Niat Puasa Menurut Madzhab Maliki
Berbeda dengan madzhab Hanafi, dalam madzhab Maliki, niat puasa Ramadhan bisa dilakukan sebulan penuh pada malam pertama Ramadhan, dengan niat yang dilakukan pada malam hari sebelum tidur. Setelah niat pada malam pertama ini, tidak ada kewajiban untuk berniat lagi setiap malam, selama seseorang belum membatalkan puasanya dengan sesuatu yang membatalkan (seperti makan, minum, atau berhubungan intim).
Menurut madzhab Maliki, yang penting adalah niat itu dilakukan dengan penuh kesadaran dan ikhlas. Jika seseorang telah berniat di malam pertama Ramadhan, maka niat tersebut sudah mencakup seluruh bulan Ramadhan. Namun, meski niat di malam pertama sudah cukup, seseorang tetap harus menjaga niat di hatinya agar tetap ikhlas dan penuh kesadaran sepanjang bulan Ramadhan.
3. Niat Puasa Menurut Madzhab Syafi’i
Madzhab Syafi’i mengajarkan bahwa niat untuk puasa Ramadhan harus dilakukan pada malam hari, sebelum terbit fajar, dan dilakukan setiap malam untuk setiap hari puasa. Artinya, niat puasa tidak bisa dilakukan untuk sebulan penuh. Setiap malam, sebelum tidur atau menjelang fajar, seseorang harus berniat untuk puasa di hari berikutnya.
Namun, dalam madzhab Syafi’i, niat puasa tidak harus diucapkan secara lisan, cukup dengan niat dalam hati. Yang terpenting adalah ada tekad untuk menjalankan puasa keesokan harinya sebagai bentuk ibadah kepada Allah.
Contoh niat yang bisa diucapkan dalam hati adalah:
“نويت صوم غد من رمضان فرضا لله تعالى”
(Nawaitu sauma ghadin min Ramadhan fardhan lillahi ta’ala)
“Saya berniat untuk berpuasa besok di bulan Ramadhan sebagai kewajiban karena Allah Ta’ala.”
4. Niat Puasa Menurut Madzhab Hanbali
Di dalam madzhab Hanbali, sama seperti madzhab Syafi’i, niat puasa Ramadhan harus dilakukan setiap malam untuk hari berikutnya, sebelum fajar. Niat puasa Ramadhan ini juga tidak harus diucapkan secara lisan, tetapi cukup dengan tekad dan niat yang ada dalam hati. Namun, ada tambahan penting dalam madzhab Hanbali yaitu, niat ini harus dilakukan untuk setiap hari dalam bulan Ramadhan.
Jika seseorang terlewat untuk berniat pada malam hari sebelum fajar, maka puasanya pada hari tersebut tidak sah. Namun, jika niat dilakukan setelah fajar pada hari tersebut, maka puasanya tetap sah sepanjang hari, namun dianggap sebagai puasa sunnah dan bukan puasa wajib.
Contoh niat dalam hati yang bisa dilakukan adalah:
“أصوم غدا من شهر رمضان فرضا لله تعالى”
(Ashumu ghadan min shahri Ramadhan fardhan lillahi ta’ala)
“Besok saya akan berpuasa di bulan Ramadhan sebagai kewajiban karena Allah Ta’ala.”
Secara umum, meskipun terdapat perbedaan dalam tata cara niat puasa menurut empat madzhab, inti dari niat puasa Ramadhan tetaplah sama, yaitu untuk menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesadaran, ikhlas, dan sesuai dengan ketentuan yang diajarkan dalam Islam. Yang membedakan adalah waktu pelaksanaan niat dan apakah niat tersebut cukup sekali untuk sebulan atau harus dilakukan setiap malam.
Umat Islam dianjurkan untuk mengikuti tata cara niat puasa sesuai dengan madzhab yang mereka anut, asalkan niat tersebut dilakukan dengan penuh kesungguhan untuk menjalankan ibadah puasa dengan niat yang ikhlas kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya” (HR. Bukhari dan Muslim).

